Minggu, 31 Juli 2011

DALIHAN NATOLU - PARTUTURAN

Pada  Dalihan Natolu  marga yang sama disebut 'Dongan tubu' ,termasuk juga marga Padan dan kelompok marga 'sisada lulu anak sisada lulu boru' seperti kelompok marga RAJA SILAHISABUNGAN, kelompok marga  PARNA, dll.  maka sebutan Partuturannya biasanya Amang Tua, Amang uda , Appara, Abang, adik,  tambahannya, naik dua tingkat diatas nomor kita disebut/ dipanggil Ompung baoa (Kakek) dan Ompung Boru (nenek), naik satu tingkat diatas nomor kita (generasi Kita) artinya setaraf dengan Bapak kita panggilannya, bapak Tua dan bila silsilahnya dibawah Ompung kita maka disebut bapa Uda, Yang setara lebih tua dari kita disebut Angkang/Abang sedang keturunan sederajat tetapi kakeknya lebih muda dari kakek kita maka disebut Ampara.  

'Lae' hanya digunakan pada sapaan umum ketika belum Martarombo (Jejak inisial) atau keluarga dekat keturunan saudara laki terhadap saudari perempuannya. Sedang untuk perkawinan dua saudara laki atau perempuan yang beda marga, maka kakak adeknya menyebutnya dengan istilah Lae Tunggane. 

I. Pengertian Partuturan 
Adapun yang dinamai "partuturan" ialah hubungan kekeluargaan di antara ketiga unsur DNT (Dalihan Na Tolu). Sesuai dengan adanya 3 unsur itu maka macam hubungan kekeluargaan pun ada tiga, yaitu:
1. Hubungan kita dengan "dongan sabutuha".
2. Hubungan kita dengan "hulahula".
3. Hubungan kita dengan "boru".
Sudah barang tentu kita harus menjaga dan memelihara agar ketiga macam hubungan itu selalu berjalan dengan baik dan sempurna.
 
Ada 2 buah filsafat Batak tentang itu:
 
1) "Habang binsusur martolutolu, Malo martutur padenggan ngolu."
Artinya: Kebijaksanaan menghadapi ketiga unsur DNT akan memperbaiki penghidupan.
2)"Habang sihurhur songgop tu bosar, Na so malo martutur ingkon maos hona osar.
Artinya: Kebodohan, kelalaian dan keserakahan dalam menghadapi ketiga unsur DNT akan membuat orang tergeser-geser. Maksud "tergeser-geser" (bahasa Batak "hona osar') ialah terpaksa berpindah-pindah tempat, karena tak disukai orang, akibatnya melarat.
Berhubung dengan kedua filsafat itu, maka nenek moyang orang Batak meninggalkan 3 buah petuah atau pesan untuk keturunannya, sebagai berikut:

1) Manat mardongan tubu.
Pada waktu ini acap kali diperlengkapi dan berbunyi: "Molo naeng ho sanggap, manat ma ho mardongan tubu." Artinya : Jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan "dongan sabutuha" (teman semarga).

Keterangan tentang pesan pertama ini sebagai berikut:
Adapun "dongan sabutuha" itu dipandang oleh orang Batak sebagai dirinya sendiri dan dalam pergaulan antar mereka sehari hari tidak dihiraukan segi basa basi, sehingga adik acap kali tidak hormat terhadap abangnya dan demikian juga anak terhadap paktua dan pakciknya, hal mana acap kali menimbulkan perasaan kurang senang di pihak yang merasa dirugikan. Maka untuk menghindarkan itu diberilah oleh leluhur kita pesan yang tersebut di atas, agar kita hati-hati menghadapi "dongan sabutuha" kita. Untuk itu harus kita periksa dahulu kedudukan "dongan sabutuha" itu dalam "tarombo" (tambo, silsilah keturunan terhadap kita). Pada waktu ini tidak sulit lagi memeriksa hal itu. Tiap orang Batak yang tahu "tarombo"nya mengetahui tingkat generasinya pada "tarombo"-nya itu. Misalnya "dongan sabutuha" kita itu bertingkat generasi 16 dan kita sendiri tingkat 17, maka ia masuk golongan ayah kita. sehingga ia harus kita hormati sebagai ayah kita sendiri. Kalau ada jamuan makan janganlah kita mempertahankan tempat duduk kita di "juluan" (tempat terhormat) kalau nampak seorang "dongan sabutuha" dari golongan lebih tinggi (abang, ayah atau nenek) belum mendapat tempat yang layak, tetapi kita harus mempersilakan dia. duduk di tempat duduk kita sendiri, sekalipun menurut umur, kita lebih tua dari dia.
Dalam hal kita lebih tua dari dia, maka "dongan sabutuha" itu yang tentu juga mengetahui pesan leluhur kita itu, tidaklah akan gegabah terus menerima ajakan kita itu, tetapi dengan spontan ia akan menolak serta berkata, "Ah, tidak, yang tua-tua harus di hormati, tinggallah di situ, terimakasih." Dalam pada itu ia sudah senang dan puas karena penghormatan kita itu. Dalam hal musyawarah pun atau pada rapat menyelesaikan perselisihan hendaklah kita selalu mengindahkan betul-betul basa-basi terhadap "dongan sabutuha". Dengan jalan demikian maka semua "dongan sabutuha" akan selalu solider atas tindakan tindakan kita dan akan menghormati dan menghargai kita dengan sewajarnya; hal ini berpengaruh juga kepada orang disekeliling kita.

2) Somba mar hulahula.
Biasanya diperpanjang dan berbunyi: "Molo naeng ho gabe, somba ma ho marhulahula." Artinya : Jika engkau hendak "gabe" (berketurunan banyak) hormatilah "hulahula"-mu. Keterangannya : Untuk orang Batak maka "hagabeon" lah yang paling diharapkan dan dicita-citakan. Tanpa keturunan ia tak mungkin berbahagia. Hal itu terang nampak pada pantun Batak :
"Hosuk humosukhosuk, hosuk di tombak ni Batangtoru;
Porsuk nina porsuk, sai umporsuk dope na so maranak so marboru".

Artinya : Penderitaan yang, paling berat ialah tidak berketurunan.
Adapun "hulahula" itu dipandang oleh orang Batak sebagai media (penengah) yang sangat berkuasa untuk mendoakan "hagabeon" dari Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini telah menjadi darah daging bagi orang Batak berdasarkan pengalaman dan kenyataan. Itulah yang membuat penghormatan tinggi dan menonjol terhadap "hulahula". Juga dalam hal penyelesaian perselisihan dengan "hulahula", penghormatan itu tetap dipertahankan sebagaimana nampak dengan jelas pada suatu sebutan khas Batak, yang berbunyi "Sada sala niba, pitu sala ni hulahula, sai hulahula i do na tutu". Artinya : Walau ada 7 buah kesalahan "hulahula" dan salah kita hanya satu, maka "hulahula" itulah selalu dipihak yang benar. Maksudnya : Kita harus selalu mengalah terhadap "hulahula", karena walaupun nampaknya kita menderita rugi, namun akibatnya selalu menguntungkan kita, karena walaupun "hulahula" itu kita buat menang dalam perselisihan itu sehingga ia mendapat keuntungan materi, namun ada lagi sebuah sebutan khas Batak yang bunyinya, "Anggo tondi ni hulahula i sai tong do mamasumasu iba". Artinya : Namun, roh "hulahula" itu tetap mendoakan kebahagiaan untuk kita. Dan menurut filsafat Batak: Roh atau jiwa itu lebih berkuasa dari badan.
Buat orang Batak yang taat beragama tidaklah berat untuk menuruti sebutan yang tertulis di atas, karena dalam ajaran Alkitab tertulis, "Memaafkan kesalahan orang lain tidak cukup hanya satu kali atau 7 kali, tetapi 70 kali 7, artinya tentu terus menerus".

3) Elek marboru.
Biasanya diperpanjang: "Molo naeng ho mamora, elek ma ho marboru." Artinya : Kalau ingin kaya, berlaku membujuklah terhadap "boru".
Keterangan: Sebenarnya menurut 'adat Batak, "boru" itu dalam hubungan kekeluargaan berada di bawah kita, sehingga boleh kita suruh mengerjakan sesuatu. Namun anjuran leluhur Batak ialah agar permintaan-permintaan kita kepada "boru" sekali-kali tak boleh menyerupai perintah tetapi harus berupa dan bersifat bujukan. Leluhur Batak tahu benar bahwa bujukan lebih kuat daripada paksaan dan selain itu bujukan itu dapat tetap memelihara kasih sayang di antara "boru" dan "hulahula", yang tidak dapat dicapai dengan paksaan. Maka dengan bujukan besarlah harapan kita akan memperoleh semua yang kita minta dari boru kita, yang membuat kita kaya. Perkataan "kaya" di sini harus diartikan "perasaan kaya", yang maksudnya "perasaan senang". Dan memang orang yang merasa senanglah yang paling kaya di dunia ini dan bukanlah dengan sendirinya yang memiliki uang atau harta yang terbanyak.
Dalam hal adanya perselisihanpun dengan "boru", maka hal membujuk inipun harus dipertahankan karena pengaruh dan akibatnya ialah: boru itupun dari pihaknya akan menuruti pesan nenek moyang "somba marhulahula" tersebut diatas, sehingga. penyelesaian persengketaan dapat tercapai dengan mudah dan dalam suasana yang harmonis.

 "Molo naeng ho martua di tano on, pasangap ma natorasmu."

Artinya: Jika kamu ingin berbahagia. di dunia ini, hormatilah orang tuamu.
Adapun petuah ini boleh dikatakan hanyalah tambahan dari ketiga pesan pertama yang tersebut di atas dan baru menonjol setelah banyak orang Batak memeluk agama Kristen atau Islam. Kita maklum, bahwa agama memerintahkan kepada manusia menghormati orang tuanya seperti yang telah dituliskan oleh Nabi Musa dalam Kitabnya yang kelima pasal 5 ayat 16, yang berbunyi: "Hormatilah orang tuamu, supaya umurmu lanjut dan selamatlah kamu dalam negeri yang dikaruniakan Tuhan Allah kepadamu."
Nasehat nenek moyang orang Batak hampir sama bunyinya, dengan perintah Allah itu, yaitu :
"Tinaba hau toras bahen sopo tu balian,
Na pantun marnatoras ingkon dapotan parsaulian,
Alai na tois marnatoras, olo ma i gomahon ni babiat."
Artinya : Yang menghormati orang tuanya akan menerima kebahagiaan, tetapi yang durhaka terhadap orang tuanya mungkin akan diterkam harimau.
Dalam hal nasihat.yang ke-4 ini agama dan adat kedua-duanya bersifat saling mendukung satu sama lain. Tentang arti luas dari perkataan: "natoras" (orang tua), maka pendapat ahli-ahli agama dan nenek moyang orang Batak sesuai benar, yaitu: di samping ibu dan ayah-kandung harus juga kita hormati guru-guru, pemimpin-pemimpin, pemerintah dan semua orang tua-tua pria dan wanita. Tentang penghormatan terhadap orang tua yang telah meninggal telah dibahas dalam. "Dapatkah DNT bertahan sampai akhir zaman ?"
Nasehat inilah yang paling utama harus diperhatikan oleh para pemuda dan pemudi pada zaman sekarang ini. Dengan tidak mengindahkan nasehat ini, tidak mungkin tercapai kebahagiaan yang lama di dunia ini.
Di samping yang telah dipaparkan di atas, maka "partuturan" itu mempunyai lagi peraturan-peraturan lain yang juga harus diperhatikan dan dituruti untuk menjaga dan memelihara hubungan baik antara ketiga unsur DNT, yaitu yang dinamai peraturan "parsubangonjo".

 Pengertian Parsubangon
Adapun yang dimaksud dengan peraturan "parsubangon" ialah peraturan-peraturan pantangan (parsubangon = yang dipantangkan). Tujuannya ialah menertibkan anggota-anggota keluarga terlebih-lebih yang berlainan jenis kelamin dalam pergaulan sehari-hari agar pergaulan itu tetap berjalan di atas rel yang telah ditetapkan oleh peraturan-peraturan DNT dan terutama mengenai penghormatan terhadap' "hulahula" dan terhadap orang tua. Misalnya, kita dengan istri saudara lelaki istri kita (bahasa Bataknya "bao" tidak boleh berbicara secara. bebas, apa lagi bersenda gurau. Apa sebab? Saudara istri kita itu adalah "hulahula" yang paling dekat kepada kita. Maka istrinya pun harus menerima penghormatan sebagai "hulahula", malahan harus lebih daripada yang biasa karena dia itu adalah seorang wanita, dan tentang "Ina" (ibu) filsafat Batak berbunyi :
"Sada sangap tu ama, dua sangap tu ina."

artinya : Satu penghormatan terhadap bapak, tetapi dua terhadap ibu.
Maksudnya : Di samping menerima penghormatan biasa yang diterima oleh kaum bapak, maka ibu harus lagi menerima penghormatan istimewa, karena ibu itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk melahirkan anak-anak yang membawa kebahagiaan tertinggi dalam rumah tangga orang Batak.
Terhadap istri adik laki-laki kita pun kita harus berlaku sama seperti terhadap "bao" tersebut, sesuai dengan filsafat Batak:
"Marboras ia singkoru, marmutik ia timbaho,
Dos do na maranggi boru dohot halak na -marbao."

Artinya : Penghormatan terhadap istri adik kita sama dengan penghormatan terhadap istri saudara lelaki istri kita.
Tentang penghormatan terhadap istri adik kita itu, orang luar mungkin heran dan bertanya, "Kenapa begitu, bukankah istri adik kita itu tidak termasuk "hulahula", malahan adik kita itu dalam adat berada di bawah kita dan tentu istrinya pun demikian juga?". Pertanyaan itu memang beralasan benar, karena penghormatan terhadap "anggiboru" (sebutan dalam bahasa Batak untuk istri adik) itu nampak berlawanan dengan yang diperkirakan. Ini memang benar karena itu perlu diberikan penjelasan ringkas.
Adapun kita (diri kita) bukanlah hanya abang dari adik saja, tetapi juga berfungsi sebagai ayah baginya, terlebih-lebih kalau ayah kita telah meninggal. Oleh karena itu istri adik kita itu tidak boleh kita pandang hanya sebagai adik saja, tetapi harus lebih dari itu menurut fungsi kita sebagai "ayah" suaminya (mertuanya), jadi memandangnya sebagai menantu penuh; perhubungan ini termasuk golongan "parsubangon"
Sudah barang tentu ketertiban pergaulan tersebut diatas bertujuan juga untuk menjauhkan kemesuman yang sering mengancam keluarga-kelarga Batak dahulu kala, oleh karena rumah-rumah biasanya didiami oleh empat atau lima rumah tangga (dalam bahasa Batak "ripe") dan rumah-rumah itu tidak mempunyai kamar-kamar, sehingga ketertiban didalamnya antara keluarga-keluarga itu bulat-bulat terserah kepada kesadaran ber-DNT.
Sudah barang tentu sudah ada sangsi-sangsi, terhadap orang, yang melanggar ketertiban itu berupa hukuman-hukuman berat. Tetapi disamping itu, untuk mencegah pelanggaran atas ketertiban hidup itu, ada juga kutukan yang berbunyi :
"Habang pidong pua manjoloani sidaodao,
Sai mangunsisi do nasa tua sian jolma na so marpaho,
Sipalea natuatua na so umboto adat marbao."
Artinya : Segala tuah akan menyisih (lari) dari orang yang tidak memperdulikan sopan santun dan yang tidak menghormati orang tua dan tidak tahu adat terhadap "bao"
Pada zaman dahulu "parsubangon" luar biasa hebatnya. Seorang ibu yang hendak memberi tahukan kepada "bao" nya, bahwa makanan telah menunggu "bao" nya itu, tidak akan menujukan panggilannya langsung kepada "bao" nya itu, tetapi kepada tiang rumah dan akan berkata "E tiang, makanlah."
Pada zaman sekarang ini hal serupa itu tidak kedapatan lagi. Orang telah mengubahnya dengan cara biasa, tetapi deagan penuh sopan santun. 

Perkembangan Partuturan
Adapun yang menjadikan adanya "partuturan" itu sebenarya hanya dua dasar, yaitu: 1) Semarga, dan 2) Tidak semarga.
Yang pertama (semarga) menjadikan "pardongan sabutuhaon" (hal berteman semarga) dan yang kedua (tidak semarga) menjadikan "parhula ianakkonon" (hal ber "hulahula" dan ber "boru"). Diantara kedua golongan "partuturan" itu maka "pardongan sabutuhaon" lah yang tetap (abadi) dan tak dapat hapus atau hilang, sedang "parhula ianakkonon" dapat luntur dan pudar jika tidak diulang-ulang oleh generasi-generasi yang berikut dan dapat lenyap kalau terjadi perceraian antara suami istri. Namun "parhula ianakkonon" itu sama saja kedudukannya dalam DNT dengan "pardongan sabutuhaon".
 ---
 
DALIHAN NA TOLU (TUNGKU TIGA BATU) ditinjau dari sudut pandang agama kristen-HKBP.

DALIHAN NA TOLU pada dasarnya berarti tungku (tataring) yang terbuat dari tiga buah batu yang disusun. Tiga buah batu itu mutlak diperlukan menopang agar belanga atau periuk tidak terguling. Selanjutnya di kemudian hari istilah dalihan na tolu ini dipergunakan untuk menunjuk kepada hubungan kekerabatan yang diakibatkan oleh pernikahan, yaitu dongan tubu (pihak kawan semarga), hula-hula (pihak “pemberi perempuan”) dan boru (pihak “penerima perempuan”). Sebab itu dalihan na tolu adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh suatu masyarakat dan budaya Batak. Dalihan na tolu bukanlah wahyu atau sesuatu yang alami dan terjadi dengan sendirinya. Dalihan na tolu adalah produk budaya Batak.

1. BERKEMBANG DALAM SEJARAH.

Jika kita melihat secara kritis kultur Batak termasuk dalihan na tolu sebenarnya bukan sesuatu yang statis atau beku tetapi juga mengalami pergeseran dan perkembangan dalam sejarah. Sebagai contoh penghormatan terhadap hula-hula justru semakin kuat dengan datangnya kekristenan. Mengapa? Sebab sulit kita membayangkan bahwa nenek moyang kita dapat memberi penghormatan yang sama tingginya kepada tiap hula-hula jika dia memiliki istri lebih dari satu. Lebih sulit lagi membayangkan nenek-moyang kita dapat menghormati hula-hula dari selir (rading) atau istri yang diperolehnya secara paksa dari peperangan atau bekas hambanya. Namun dengan masuknya kekristenan yang membuat pernikahan orang Batak menjadi monogami dan permanen (abadi) maka dampaknya penghormatan terhadap hula-hula juga semakin kuat. Semakin baik pernikahan maka penghormatan kepada hula-hula juga semakin baik..

Contoh lain menunjukkan pergeseran dalihan na tolu: Pada jaman dahulu tidak semua even pertemuan Batak dihadiri oleh tulang atau hula-hula (kecuali pesta besar). Hal ini dapat dimaklumi karena hula-hula atau tulang tinggal di kampung yang lain yang jauh (kecuali bagi sonduk hela, orang yang menetap di kampung hula-hulanya). Namun keadaan ini berubah dengan migrasi orang Batak ke luar Tapanuli. Kampung dan kota di luar Tapanuli bersifat majemuk (multi marga, multi suku). Banyak orang kini tinggal sekampung atau bahkan bertetangga dengan hula-hula atau tulang-nya. Apakahdampaknya? Interaksi antara hula-hula dan boru semakin intensif. Jika ada acara di rumah banyak orang jadi sungkan jika tidak mengundang tulang atau hula-hula yang kebetulan menjadi tetangga atau tinggal sekota dengannya.

Pada jaman dahulu ketika nenek moyang kita masih menetap di Tanah Batak kampung identik dengan marga. Artinya “dongan sahuta” hampir identik dengan “dongan tubu”. Namun dengan migrasi orang Batak ke Sumatera Timur dan kota-kota lain keadaan berubah. Dongan sahuta tidak lagi otomatis dongan tubu (kawan semarga). Dampak perubahan demografi ini peranan dongan sahuta (parsahutaon) yang terdiri dari multi marga ini semakin besar di kota-kota. Jonok dongan partubu jumonok dongan parhundul.

2. MANAT MARDONGAN TUBU, ELEK MARBORU, SOMBA MARHULA-HULA. 

Jika kita perhatikan kampung-kampung tradisional di Tapanuli dihuni oleh orang-orang yang semarga. Dongan tubu karena itu adalah teman untuk mengerjakan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itu kita harus memperlakukan dongan tubu secara hati-hati (manat). Kehati-hatian pada dasarnya adalah bentuk lain dari sikap hormat. Nasihat ini relevan sebab justru kehati-hatian sering kali hilang karena merasa terlalu dekat atau akrab. Hau na jonok do na masiososan. Selanjutnya Elek marboru merupakan nasihat bahwa boru harus senantiasa dielek atau dianju (dibujuk). Boru adalah penopang dan penyokong. Sebab itu mereka senantiasa diperlakukan dengan ramah-tamah dan lemah-lembut agar mereka tidak sakit hati dan kemudian membiarkan hula-hula-nya. Namun sebaliknya: Bagi orang Batak pra-Kristen hula-hula memang dipandang sebagai mata ni ari bisnar, sumber berkat dan kesejahteraan, sebab itu harus disembah (somba marhula-hula).

Lantas bagaimana dengan kita orang Kristen? Prinsip-prinsip dalihan na tolu ini dapat terus kita pertahankan sebagai kontsruksi budaya yang positif. Namun makna somba marhula-hula harus kita beri warna baru. Sebab bahasa Batak tidak membedakan istilah hormat dan sembah. Sementara sebagai orang Kristen kita mengakui bahwa Tuhanlah sumber berkat satu-satunya. Hula-hula atau mertua hanyalah salah satu (baca: bukan satu-satunya) saluran atau distributor berkat yang dipakai Tuhan.

Selanjutnya sebagai orang Kristen dan moderen, kita juga harus memperkaya prinsip dalihan na tolu ini dengan semangat egalitarian (kesetaraan). Pada dasarnya tiap-tiap orang, tanpa kecuali, harus kita hormati. Tiap-tiap orang (apapun suku, ras, profesi, pendidikan, jenis kelamin, agama dan tingkat ekonominya) pantas mendapat hormat. Kita wajib menghormati hula-hula, melindungi boru dan memperlakukan hati-hati dongan tubu kita tanpa memandang latar belakang ekonominya, pendidikan, pangkat atau jabatannya.

3. SIRKULASI PERAN DAN JABATAN.

Inti atau substansi kultur dalihan na tolu adalah sirkulasi dan distribusi peran dan jabatan. Dalam kultur Batak setiap orang tidak mungkin terus-menerus dihormati sebagai hula-hula. Hari ini menjadi boru, esok menjadi dongan tubu, lusa menjadi hula-hula. Hari ini duduk dilayani besok melayani. Tidak ada orang yang mutlak selama-lamanya (dondon pate) dihormati. Tidak ada juga orang yang selama-lamanya berada di bawah melayani!.

Masyarakat Batak sangat sadar akan arti ruang atau tempat dan even. Peran dan kedudukan seseorang sangat dinamis sebab tergantung ruang dan even (ulaon). Sirkulasi peran dan jabatan ini merupakan kontribusi masyarakat Batak bagi gereja dan masyarakat. Bahwa semua orang harus bergantian melayani dan dilayani, menghormati dan dihormati. Tidak ada yang terus-menerus boleh menjadi kepala atau pemimpin.

Ini sangat relevan dengan dunia modernitas. Kepemimpinan moderen tergantung kepada even dan ruang dan waktu. Tidak ada orang yang boleh mengklaim menjadi pemimpin di setiap even, di semua ruang dan sepanjang waktu. Ini juga relevan dengan iman Kristen yang memandang semua manusia setara di hadapan Tuhan (Gal 3:28) dan harus diperlakukan dengan hormat dan kasih (Roma 12:10, II Pet 1:7, Yoh 13:14, 34).


4.HUKUM BERBALASAN POSITIF.

Selanjutnya dalihan na tolu merupakan perwujudan prinsip hukum berbalasan. Sisoli-soli do uhum siadapari do gogo. Saling berbalas adalah hukum dan saling berganti merupakan kekuatan. Boru memberikan juhut (daging) dan hula-hula menyambut dan memberikan boras dohot dengke (beras dan ikan). Boru memberikan piso-piso (uang) dan hula-hula merespons dengan memberi doa memohon berkat. Hula-hula memberikan ulos dan boru membalas dengan uang.

Prinsip berbalasan positif (sisoli-soli) ini bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kesejahteraan bersama. Beban dan keuntungan dibagi dan dipikul bersama. Hula-hula, dongan tubu dan boru harus sama-sama bersukacita dan beruntung. Tidak boleh ada pihak yang ingin menang dan nikmat sendiri!.

Namun prinsip dalihan na tolu tetap harus dimurnikan senantiasa dengan KASIH AGAPE atau kasih tanpa mengharapkan balasan yang diajarkan Yesus. Yesus memang tidak pernah melarang kita membalas yang baik (seluruh ayat Alkitab hanya melarang membalas yang jahat), namun Dia menghendaki agar kita belajar juga mengasihi dan memberi tanpa mengharapkan balasan (pamrih).


5. KESETARAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI.

Tuhan Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sebagai citra Allah (Kej 1:27). Laki-laki dan perempuan sama dan setara di hadapanNya (Gal 3:28). Kekristenan mengajarkan bahwa perempuan bukanlah manusia kelas dua atau bagian laki-laki. Perempuan juga bukan properti milik laki-laki yang dapat dijadikan objek transaksi atau perjanjian jual-beli. Sebab itu komunitas Kristen-Batak juga harus menempatkan dalihan na tolu dalam konteks kesetaraan (hadosan) dan keadilan (hatigoran) laki-laki dan perempuan..

Pada jaman dahulu hula-hula dianggap sebagai pemberi perempuan. Namun di jaman modern perempuan yang bebas dan otonom karena itu tidak boleh dijadikan objek apalagi “diserah-terimakan”. Perempuan adalah subjek atau pribadi. Pernikahan karena itu kini dianggap perjanjian dua pihak yang setara. Akibatnya secara tak langsung makna hula-hula pun bergeser bukan lagi sebagai “marga pemberi perempuan” namun “marga asal perempuan”.

Sinamot atau tuhor (uang mahar pernikahan ) karena itu bukanlah keuntungan yang diperoleh dari transaksi perempuan tetapi harus diartikan sebagai biaya (cost) yang diperlukan untuk menciptakan sukacita bersama.


6. GEREJA MENCEGAH CHAOS.

Gereja HKBP memiliki anggota yang mayoritas Batak (minimal sampai saat ini). Anggota HKBP karena itu juga dalam hidupnya menghayati dalihan na tolu. Salah satu prinsip dalihan na tolu adalah melarang pernikahan yang semarga. Gereja HKBP menerima prinsip melarang pernikahan semarga ini agar tidak terjadi chaos atau kekacauan di masyarakat. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus agar semuanya berlangsung secara teratur (I Kor 14:40) dan rapih tersusun (Ef 4:16).


7. DEPOLITISASI DAN DOMESTIKASI ADAT. 

Dahulu yang disebut adat Batak adalah segala sesuatu konsep, nilai, ide, hasil karya dan kegiatan orang Batak (menanam padi, membangun rumah, membuka kampung baru, berperang, mengikat perjanjian antar marga dll). Dalam perkembangan terakhir makna adat telah mengalami proses depolitisasi dan domestikasi. Kini adat Batak direduksi atau diminimalisasi menjadi sekedar ritus domestik (rumah tangga): ritus pernikahan, kelahiran dan kematian. Apa akibatnya? Peranan dalihan na tolu menjadi sangat dominan atau menonjol walaupun pada prakteknya kurang berpengaruh kepada kehidupan ekonomi dan politik komunitas Kristen-Batak itu sendiri. Sebab itu tantangan bagi kita sekarang adalah mencari dan menemukan hakikat atau esensi adat Batak itu sendiri agar tidak larut dan hanyut dalam ritus atau seremoni konsumtif belaka.

Sumber :

( Pdt. Daniel T.A. Harahap) 
http://realbatak.blogspot.com/2011/03/mengenal-falsafah-batak-tentang.html 

http://www.facebook.com/pages/HKBP/23445856542?sk=app_2373072738#!/topic.php?uid=23445856542&topic=19731



Rabu, 27 Juli 2011

TAO SILALAHI

TAO SILALAHI, adalah bukti sampai saat ini tentang keberadaan oppungku Raja Silahisabungan, dimana Raja Silahisabungan memberikan nama Tao Silalahi pada bagian sisi luas pada Tao Toba, yang diambil berdasarkan nama anak pertamanya dari isteri pertama Pinta haomasan Boru Raja Ambaton, yaitu SILALAHI.

TAO SILALAHI adalah suatu pertanda, bahwa oppungku Raja Silahisabungan adalah orang besar dan disegani oleh masyarakat Batak pada masanya saat itu , karena tidak semua orang bisa memberikan nama pada sisi bagian dari Tao Toba. Dimana semua masyarakat Batak mengakui Tao Silalahi adalah bagian dari Tao Toba sampai saat ini.

TAO SILALAHI juga dicatat dalam peta Belanda, pada saat penjajahan Belanda. mereka mencatatnya  pada tahun 1832 dengan dengan ejaan lama dengan nama Tao Si Lalahe.






Foto Satelite Samosir Island, Tao Toba.


-------

  Amazing Sunset at tao Sitio-tio TAO SILALAHI


















I Love a Blue  of  Tao Toba - TAO SILALAHI





 












Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. 

Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800km3, dengan 800km3 batuan ignimbrit dan 2000km3 abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari cina sampai ke afrika selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 KM diatas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkan soal itu.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
 

Menurut penelitian Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University, Danau Toba terbentuk dari peristiwa supervulkanik sekitar 73.000 -75.000 tahun lalu. Letusan abu vulkanik yang menyebabkan terbentuknya kaldera Toba, ter...sebar hingga wilayah Malaysia dan India, hingga jarak 3.000 kilometer. Hal tersebut, dibuktikan dengan dijumpai abu riolit yang sama di sekitar Danau Toba dengan yang ditemukan di wilayah Malaysia dan India, bahkan di dasar lautan India Timur dan perairan Teluk Bengal.

Supervulkan adalah letusan vulkanik dengan lontaran material lebih besar dari 1.000 kilometer kubik, yang lebih besar dari peristiwa vulkanik gunung berapi manapun dalam sejarah. Supervulkanik terjadi ketika magma di Bumi naik ke kerak tetapi tidak mampu melewati kerak. Meningkatnya tekanan membuat kerak tidak dapat menahan tekanan. Discovery Channel telah mendokumentasikan tujuh supervulkan di dunia: (1) Kaldera Yellowstone, (2) Long Valley, dan (3) Valles di Amerika Serikat; (4) Danau Toba di Indonesia; (5) Gunung Taupo di Selandia Baru; (6) Kaldera Aira, di Kyūshū, Jepang; dan (7) Siberian Traps, di Rusia.

--------------------
LEGENDA
--------------------
Dongeng dan cerita rakyat tentang legenda asal usul danau toba sepertinya menjadi cerita yang menarik untuk dibicarakan. Karena pada dasarnya sejarah tentang terbentuknya danau toba ini cukup unik. dari sisi cerita rakyat atau biasa disebut Legenda. 


Tersebutlah seorang pemuda yatim piatu yang miskin. Ia tinggal seorang diri di bagian Utara Pulau Sumatra yang sangat kering. Ia hidup dengan bertani dan memancing ikan.

Suatu hari, ia memancing dan mendapatkan ikan tangkapan yang aneh. Ikan itu besar dan sangat indah. Warnanya keemasan. Ia lalu melepas pancingnya dan memegangi ikan itu. Tetapi saat tersentuh tangannya, ikan itu berubah menjadi seorang putri yang cantik! Ternyata ia adalah ikan yang sedang dikutuk para dewa karena telah melanggar suatu larangan. Telah disuratkan, jika ia tersentuh tangan, ia akan berubah bentuk menjadi seperti makhluk apa yang menyentuhnya. Karena ia disentuh manusia, maka ia juga berubah menjadi manusia.

Pemuda itu lalu meminang putri ikan itu. Putri ikan itu menganggukan kepalanya tanda bersedia.

“Namun aku punya satu permintaan, kakanda.” katanya.

“Aku bersedia menjadi istri kakanda, asalkan kakanda mau menjaga rahasiaku bahwa aku berasal dari seekor ikan.”

“Baiklah, Adinda. Aku akan menjaga rahasia itu.” kata pemuda itu.

Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang bayi laki-laki yang lucu. Namun ketika beranjak besar, si Anak ini selalu merasa lapar. Walapun sudah banyak makan-makanan yang masuk kemulutnya, ia tak pernah merasa kenyang.

Suatu hari, karena begitu laparnya, ia makan semua makanan yang ada di meja, termasuk jatah makan kedua orang tuanya. Sepulang dari ladang, bapaknya yang lapar mendapati meja yang kosong tak ada makanan, marahlah hatinya. Karena lapar dan tak bisa menguasai diri, keluarlah kata-katanya yang kasar.

“Dasar anak keturunan ikan!”

Ia tak menyadari, dengan ucapannya itu, berarti ia sudah membuka rahasia istrinya.

Seketika itu juga sang anak sambil menangis pergi menemui ibunya dan menanyakan apakah benar dirinya adalah anak keturunan ikan.
Mendengar hal tersebut, sang ibu pun terkejut karena suaminya telah melanggar sumpah mereka terdahulu.
Setelah itu si ibu memutuskan untuk kembali ke alamnya. Lalu tiba tiba langit berubah gelap dan petir menyambar kemudian turunlah hujan dengan derasnya.
Sang ayah menjadi sedih dan sangat menyesal atas perbuatannya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Ia tak pernah bisa bertemu kembali dengan istri dan maupun anaknya yang disayanginya itu.

Di tanah bekas pijakan istri dan anaknya itu, tiba-tiba ada mata air menyembur. Airnya makin lama makin besar. Lama-lama menjadi danau. Danau inilah yang kemudian kita kenal sampai sekarang sebagai Danau Toba.

sumber :
http://anaxbaec.blogdetik.com/2009/08/30/legenda-asal-usul-danau-toba/


Kamis, 21 Juli 2011

TAROMBO TUHAN YESUS KRISTUS ( MESIAS )








Pada halaman pertama dari seluruh Kitab Injil,kita jumpai Kitab Injil Matius, disitu dicatat mengenai Tarombo Yesus Kristus. 

Matius 1 : 1-17 . Silsilah Yesus Kristus
1:1 Inilah silsilah Yesus Kristus , anak Daud , anak Abraham. 
1:2 Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, 
1:3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, 
1:4 Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, 
1:5 Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, 
1:6 Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 
1:7 Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, 
1:8 Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, 
1:9 Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, 
1:10 Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, 1:11 Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. 
1:12 Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, 
1:13 Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, 1:14 Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, 
1:15 Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, 
1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. 
1:17 Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. 

Pada Kitab Injil Matius diatas, mencatat Tarombo Tuhan Yesus dari ABRAHAM sampai Yusuf suami Maria. kalau saya urutkan :
1. ABRAHAM
2. ISHAK
3. YAKUB
4. YEHUDA
 5. PERES
6. HEZRON
7. RAM
8. AMINADAB       
9. NAHASON
10. SALMON
11. BOAS
12. OBED
13. ISAI
14. DAUD
15. SALOMO
16. REHABEAM
17. ABIA
18. ASA
19. YOSAFAT
20. YORAM
21. UZIA
22. YOTAM
23. AHAS
24. HIZKIA
25. MANASYE
26. AMON
27. YOSIA
28. YEKHONYA
29. SEALTIEL
30. ZERUBABEL
31. ABIHUD
32. ELYAKIM
33. AZOR
34. ZADOK
35. AKHIM
36. ELIUD
37. ELEAZAR
38. MATAN
39. YAKUB
40. YUSUF.
41. YESUS KRISTUS
Tarombo Tuhan Yesus, Juga dicatat pada Injil Lukas 3 : 23- 38.

Silsilah Yesus

3:23 Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,
3:24 anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf,
3:25 anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai,
3:26 anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda,
3:27 anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, m anak Sealtiel, anak Neri,
3:28 anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er,
3:29 anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi,
3:30 anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim,
3:31 anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud,
3:32 anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason,
3:33 anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, 3:34 anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor,
3:35 anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon,
3:36 anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh,
3:37 anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan,
3:38 anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.



Pada kitab Injil Lukas 3: 23- 38, mencatat Tarombo Tuhan Yesus dari YUSUF sampai ADAM. Yang kalau saya urutkan :

saya menulisnya mundur dari ayat 38 sampai 23.

1. ADAM
2. SET
3. ENOS
4. KENAN
5. MAHALALEEL
6. YARED
7. HENOKH
8. METUSALAH
9. LAMEKH
10. NUH
11. SEM
12. ARPAKHSAD
13. KENAN
14. SALMON
15. EBER
16. PELEG
17. REHU
18. SERUG
19. NAHOR
20. TERAH
21. ABRAHAM
22. ISHAK
23. YAKUB
24. YEHUDA
25. PERES
26. HEZRON
27. ARNI
28.ADMIN
29. AMINADAB
30. NAHASON
31. SALMON
32. BOAS
33. OBED
34. ISAI
35. DAUD
46. NATAN
47. MATATA
48. MINA
49. MELEA
50. ELYAKIM
51. YONAM
52. YUSUF
53. YEHUDA
54. SIMEON
55. LEWI
56. MATAT
57. YORIM
58. ELIEZER
59. YESUA
60. ER
61. ELMADAM
62. KOSAM
63. ADI
64. MALKHI
65. NERI
66. SEALTIEL
67. ZERUBABEL
68. RESA
69. YOHANAN
70. YODA
71. YOSEKH
72. SIMEI
73. MATICA
74. MAAT
75. NAGAI
76. HESLI
77. NAHUM
78. AMOS
79. MATICA
80. YUSUF
81. YANAI
82. MALKHI
83. LEWI
84. MATAT
85. ELI
86. YUSUF.
87. YESUS KRISTUS






Minggu, 17 Juli 2011

RAJA IDAON SILALAHI







RAJA IDAON SILALAHI, adalah pahompu panggoaran SILALAHI ( Silahiraja ) dan  anak panggoaran Bursok Raja Silalahi. Merupakan anak 1 (pertama ) dari ke3 orang anak Bursok Raja Silalahi yang menikahi Boru Simbolon Rimbang. Raja Idaon Silalahi dilahirkan di Lumban Silalahi ( Silalahi nagodang ), Pangururan.

Raja Idaon Silalahi, juga menikahi boru tulangnya,  Boru Simbolon Rimbang , dan memiliki 2 orang anak laki-laki, yang bernama  :

1. Guru Badia Porhas Silalahi
2. Buntu Laut Silalahi

Raja idaon Silalahi tinggal dan menetap di Lumban Silalahi ( Silalahi Nagodang ), Pangururan  sampai akhir hayatnya. Raja Idaon Silalahi juga dimakamkan di Dolok Paromasan, Pangururan. dimana Raja Silahisabungan,Pinta Haomasan boru Raja Ambaton,  Silahiraja, Bursok Raja Silalahi juga dimakamkan.





o0o
GOD BLESS POMPARAN RAJA IDAON SILALAHI

Sabtu, 16 Juli 2011

BURSOK RAJA SILALAHI




foto diatas adalah Makam Raja Silahisabungan di Dolok Paromasan , Pangururan, juga makam Silalahi ( Silahiraja ), Pinta Haomasan Boru Raja Ambaton, juga makam Bursok Raja Silalahi.


Bursok Raja Silalahi , Lahir di Lumban Silalahi Nagodang, Pangururan. adalah Pahompu panggoaran Raja Silahisabungan dan anak panggoaran SILALAHI (Silahiraja). Bursok Raja Silalahi  Merupakan anak pertama dari Silalahi (Silahiraja) yang memperisteri  boru Simbolon Tua. Bursok Raja Silalahi merupakan orang pertama yang memakai marga SILALAHI. Konon, Raja Silahisabungan menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Bursok Raja Silalahi.

Simbolon Tua , merupakan nak pertama dari Raja Ambaton ( Tuan Sorbadijulu ) menjadi Penguasa di Pangururan dan memiliki 2 orang anak  laki-laki dan beberapa Perempuan.

1. Tuan Suri Raja
2. Martua Raja
- Boru Simbolon Tua - isteri dari Silalahi ( Silahiraja )

Simbolon Tua merupakan Oppung kandung dari Bursok Raja Silalahi. Bursok Raja Silalahi menikah dengan paribannya , Boru Simbolon Rimbang, memiliki 3 orang anak yaitu:

1. Raja Idaon Silalahi
2. Suhe Raja Silalahi
3. S Silalahi

Dalam perkembangannya, dari Lumban Silalahi ( Silalahi Nagodang ) keturunan Bursok Raja menyebar  kedaerah  yang masih sekitar Pangururan :

1. Sosor sagala ( daerah Aek hangat/air panas),
2. Huta tinggi (onan baru),
3. Daerah Sigaol /simbolon,
4. Pintusona,
5. Lossing (onan Baru),
6. Pahoda,
7. Barus.

Nama-nama tempat diatas adalah termasuk juga kampung halaman keturunan  Bursok Raja Silalahi di Pangururan.  dari Pangururan  kemudian  menyebar dan merantau keseluruh dunia.



foto diatas adalah tarombo Silalahi (Silahiraja ) , Bursok Raja Silalahi  sampai keturunan dari Surung Nabolon Silalahi. keturunan dari Surung Nabolon Silalahi adalah penghuni Lumban Silalahi Nagodang, Pangururan , tarombo ditulis dengan lengkap  termasuk nama saya juga dicatat disitu. namun belum pomparan Bursok Raja Silalahi secara keseluruhan.

Gambar dibawah adalah penjelasan darimana tarombo tersebut berasal, yaitu dari kantor wedana peninggalan Belanda , yang disalin pada tahun 1967.





sama halnya dengan Raja Silahisabungan, Pinta Haomasan boru Raja Ambaton, Silalahi (Silahiraja); Bursok Raja Silalahi juga dimakamkan di Dolok Paromasan , Pangururan.




o0o
GOD BLESS POMPARAN BURSOK RAJA SILALAHI


SIRAJA TAMBUN





SI RAJA TAMBUN , adalah anak bungsu dari 9 orang anak Raja Silahisabungan, lahir dari isteri ke-3 yang bernama Similingiling Boru Raja Mangarerak.

Raja silahisabungan berjumpa dengan Milingiling Boru Raja Mangarerak, pada saat Raja Silahisabungan berkelana ke SIBISA, disana bertemu dengan Raja Mangarerak yang anak perempuannya sakit, kemudian Raja Mangarerak meminta Raja Silahisabungan untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit tersebut.

Raja Silahisabungan berhasil menyembuhkan anak perempuan Raja Mangarerak tersebut, dan meminta untuk menikahi anak perempuan Raja Mangarerak tersebut sebagai upah karena jasanya yang telah menyembuhkannya.

Dengan berat hati Raja Mangarerak mengabulkan permintaan Raja Silahisabungan , karena sebelumnya anak perempuannya telah bertunangan dengan orang lain yang sedang berkelana keluar daerah Sibisa. dan telah berjanji untuk menikahkan anak perempuannya dengan tunangannya tersebut bila pulang kembali ke Sibisa.

selanjutnya Raja Silahisabungan menikahi Boru Raja mangarerak tersebut. yang diketahui bernama SIMILINGILING BORU RAJA MANGARERAK.kemudian lahirlah anak laki-laki yang diberi nama SIRAJA TAMBUN.

Tidak lama setelah kelahiran SiRaja Tambun, diketahui kabar bahwa tunangan dari Milingiling Boru Raja mangarerak telah kembali pulang ke Sibisa. mengetahui kepulangan tunangan isterinya, Raja Silahisabungan memilih untuk membawa SiRaja Tambun untuk dibawanya ketempat isteri pertamanya di Lumban Silalahi, Pangururan. Maka berangkatlah Raja Silahisabungan ke Lumban Silalahi, Pangururan bersama SiRaja Tambun yang masih Bayi.






setelah sampai di Lumban Silalahi, Pangururan, selanjutnya SiRaja Tambun disusui dan diasuh oleh isteri pertama Raja Silahisabungan, yaitu Pinta Haomasan Boru Raja Ambaton, Ibu kandung Silalahi ( Silahiraja )




setelah SiRaja Tambun beranjak Remaja, Raja Silahisabungan mengajak SiRaja Tambun untuk berkunjung ke Huta Lahi, Silalahi Nabolak untuk menjumpai isteri ke-2nya Pinggan Matio Boru Padang batang Hari dan menjumpai anaknya yang lain, abang dari Raja Tambun yang 7 orang lainnya,

selama berada di Huta Lahi, Silalahi Nabolak, terjadi suatu hal selisih salah paham diantara mereka, anak-anak Raja Silahisabungan dari isteri ke2 dan ke-3, SiRaja Tambun dan 7 orang abangnya tersebut. disini SiRaja Tambun akhirnya mengetahui siapa ibu kandungnya sesungguhnya.

Raja Silahisabungan dan Pinggan Matio Boru Padang Batang Hari selanjutnya menasehati anaknya yang 8 orang tersebut,  nasehat tersebut dikenal sebagai PODA SAGU-SAGU MARLANGAN  ( PSSM ).

adapun isi dari PSSM itu adalah sebagai berikut :

1.INGKON MASIHAHOLONGAN HAMU SAMA HAMU DOHOT RODI POMPARAN MUNA BE.( HENDAKLAH KAMU SALING MENGASIHI SATU SAMA LAIN HINGGA KEPADA SELURUHKETURUNANMU).

2.NASO TUPA DOHONON MUNA NASO SAAMA -SAINA HAMU NAPITU DOHOT SI TAMBUNRAJA. JALA INGKON SISADA BORU DO HAMU.(JANGANLAH MENYEBUT BAHWA KALIAN BERTUJUH TIDAK MEMPUNYAI SATU IBU DENGAN ADIKMU TAMBUN RAJA.DAN HARUS SISADA BORU.

3.HAMU NAPITU DOHOT ANGKA PINOMPARMU,INGKON HUMOLONG ROHAMU DI BORU NIANGGIMUNA SI TAMBUN RAJA RODI POMPARANNA.JALA HOPE TAMBUN RAJA DOHOT SANDOKPOMPARANMU INGKON HUMOLONG ROHAM DI BORU NI ANGKA HAHAM RODI POMPARANNA.(KALIAN BERTUJUH BESERTA KETURUNANMU,HARUS LEBIH SAYANG KEPADA PUTRI ADIKMU TAMBUN RAJA DAN KETURUNANNYA.DAN KAMU PUN TAMBUN RAJA DAN BESERTA SELURUHKETURUNANMU HARUS LEBIH SAYANG KEPADA PUTRI ABANGMU BESERTA KETURUNANNYA.

4.NASO JADI OLION NI NAPITU POMPARANNI ANGGIMMU SI TAMBUN RAJA ON.JALA NASOJADI OLION NI POMPARAN NI TAMBUN RAJA POMPARAN NI SUDE HAHAM NAPITU ON.(KALIAN BERTUJUH DAN SELURUH KETURUNANMU TIDAK BOLEH MENIKAH DENGAN SELURUHKETURUNAN ADIKMU TAMBUN RAJA,DEMIKIAN JUGA KAMU TAMBUN RAJA BESERTASELURUH KETURUNANMU TIDAK BOLEH MENIKAH DENGAN SELURUH KETURUNAN ABANGMUYANG TUJUH INI.)

5.NASO TUPA PUNGKAONMU BADA MANANG SALISI.IA ADONG PARBADAAN DIHAMU NAPITUSAHAT RODI POMPARAN MUNA,SANDOK INGKON ANGGIMUNA MA MANANG POMPARANNASIBAHEN DAME DIHAMU,MAMBAHEN UHUM NA TINGKOS JALA NASO BOIMARDINGKAN.INGKON OLOAN JALA TUNG SO JADI JUAON MUNA.LAOS SONGONI HO TAMBUNRAJA,IA ADONG PARBADAAN DI POMPARAN MUNA,SANDOK INGKON SIAN POMPARAN NIHAHAM NAPITU ON MA SIBAHEN DAME JALA SIDABU UHUM NATINGKOS,NASO TUPAMARDINGKAN,JALA NASO JADI JUAON MUNA.JALA MOLO ADONG PARBADAAN DIHAMU NASOTUPA DOHOT HALAK NAASING LAHO PASAEHON,

(TIDAK BOLEH MEMULAI PERTENGKARAN DAN PERSELISIHAN.BILA ADA PERSELISIHANDIANTARA KALIAN BERTUJUH DAN SELURUH KETURUNANMU,YANG MENJADI JURU DAMAIADALAH DARI TAMBUN RAJA DAN DARI KETURUNANNYA.MEMBUAT SUATU HUKUM YANGADIL DAN TIDAK MEMIHAK DAN HARUS KALIAN PATUHI.DEMIKIAN JUGA KAMU TAMBUNRAJA ,BILA ADA PERSELISIHAN DIANTARA KETURUNANMU ,DAN SEBAGAI JURU DAMAIHARUSLAH DARI KETUJUH ABANGMU INI ATAU DARI KETURUNANNYA YANG MEMBERIKANHUKUM YANG ADIL DAN TIDAK MEMIHAK DAN HARUS KAMU PATUHI.DAN BILA ADAPERSELISIHAN DIANTARA KALIAN DAN KETURUNAN MU,TIDAK BOLEH MARGA LAIN IKUTCAMPUR UNTUK MENYELESAIKANNYA.)


Poda ini dilaksanakan diucapkan di Silalahi Nabolak, disana terdapat dua buah batu. satunya berdiri tegak dan satunya tergeletak ditanah. 

Barang siapa yang mematuhi PODA PSSM ini, maka keturunannya akan berdiri kokoh, tetapi barang siapa yang mengingkari, maka dia akan seperti batu yang rebah ke tanah. Batu ini disebut Batu Jongjong dan batu nagadap,

Poda PSSM  ini juga terus diingat dan dilaksanakan sampai saat ini antara SiRaja Tambun dengan ke- 7 orang abangnya dari isteri ke-2 Raja Silahisabungan,  Pinggan Matio Boru Padang Batang Hari tersebut.



foto diatas adalah gambar Batu nagadap dan batu jong-jong. 



Selanjutnya , Raja Silahisabungan mengajak pulang SiRaja Tambun ke Lumban Silalahi ( Silalahi Nagodang ), Pangururan.Sejak saat itu SiRaja Tambun mengetahui, bahwa Pinta Haomasan Boru Raja ambaton yang selama ini  menyusui, mengasuh , merawat dan membesarkannya , bukan ibu kandungnya.

Karena mengetahui bahwa Pinta Haomasan Boru Raja Ambaton bukan ibu kandungnya, maka SiRaja Tambun meminta dan memaksa  kepada Raja Silahisabungan  untuk menemui ibu kandungnya Milingiling Boru Raja Mangarerak di Sibisa.

karena tidak mampu lagi untuk membendung keinginan SiRaja Tambun untuk menemui ibu kandungnya, maka Raja Silahisabungan dan Pinta Haomasan Boru Raja ambaton akhirnya mengizinkannya dengan berat hati dan bersedih karena tidak akan bertemu lagi dengan Si Raja Tambun.
sebelum keberangkatan Si Raja Tambun ke Sibisa untuk menjumpai ibu kandungnya, Raja Silahisabungan dan Pinta Haomasan Raja Ambaton mengadakan doa berkat untuk Silalahi ( Silahiraja ) dan SiRaja tambun , juga untuk doa keberangkatan  Si Raja Tambun ke Sibisa.  

Doa Berkat ini dikenal dengan nama PADAN DENGKE NANILAEAN ( P D N ). adapun isi dari PDN ini adalah :


Padan Dengke Nanilaean.

Padan Dengke Nanilaean Antara Silahiraja dohot SiRaja Tambun na Pinatupa ni Opputa Raja Silahisabungan/Sipintahaomasan boru Raja Bolon.

Dungi didik Silahisabungan ma tu omputa boru Sipintahaomasan boru raja bolon asa boanonna ma nian Raja Tambun tu huta ni Tulangna/Inang na di Sibisa.

Jadi tangis ma opputa boru diandukkon ma:

Inang pangintubu au nikku paduahalihon,so manghunti pagar.

Mainundun au ningku padua halihon,so maraek papan.

Hape maraek do tarus hu.

Di paro mula jadi nabolon asa unang mahiang tolonan ni si Raja Tambun.

Ooee tadingkononmu ma au hasian na hupatarus-tarusi i,nahusihol-sihol i hasian ni inana.

Jadi rap tangis ma si Raja tambun dohot opputa boru.

Jadi didok opputa boru ma tu Silahisabungan:

Naso tupa meret si Raja Tambun sian Lumban Silalahi ia so jolo dibahen parpadanan ni Silahiraja dohot Raja Tambun.

Jadi didok opputa boru ma asa dibuat Silahisabungan sada ihan Batak(dengke ni laean),ditompa opputa boru ma sagu-sagu,dibuat ma rudang,dipatupa nasida ma I tu jolo ni Silahiraja dohot Raja Tambun.Dungi ditonggohon Opputa boru nabolon ma:

On ma ompung Debata mulajadi nabolon Denge nilaean ,sai lae ma roham mangalehon parhorason panggabean tu anakkon,onma namanggagat-gagat di limut,namangaliat-liat di batu,sai dapotan panggagatan ma anakhon,sai dapotan dilaton,sagu-sagu sitampion nagodang asa manompi mas manompi pangomoan,rudang na jagar di jagar barita horas,dijagar barita gabe dianakhon.

Lanjang purun-purun ,jonggi hais,asa hais naso mallabu hais nipi na sambor.

Jonggi manaek,naek-naek sorga ma anakhon,marganda-ganda padi,siganda sigandua sipusuk ni podom-podom,nasada gabe dua anakhon natolu gabe onom.

Manarsar ma on songon mange-mange mangararat songot singator.

Padan ma on na hutonahon tu anakhon:

Asa si sada lulu anak sisada lulu boru ma anakhon na so jadi masipaetek-etekan.

Tampuk ni ate-ate do hamu amang urat ni pusu-pusu.

Asa hope amang si Raja tambun:

Ingkon aek ni ate-ate ma Silahiraja di ho sipadoit-doiton,bunga ni sira pagugut-guguton.

Hope amang Silahiraja:

Molo holong roham di anak ni simalolongmu ,songon I ma holong ni roham di anggim si Raja tambun on.

Ima tona nami si ingotonmuna sahat rodi akka pinomparmuna be.

Asa nuaeng pe amang,bahen ma pasu-pasu tu anakta on,asa borhat hamu dohot anakta Si Raja Tambun ninna opputa boru tu Silahisabungan.

Dungi didok Silahisabungan ma:

Ai nungnga didok ho sude pasu-pasu nadenggan I,sai sahat ma ma I tutu dijangkon tondi ni anakta on.

Asa nuaeng pe amang si Raja Tambun:

Sai torop mabue ma pinomparmu,gabe ma ho jala mamora tumpahon ni ompunta mulajadi nabolon.

Masuak dangka ma ho rahut-rahutan,tarida utar ho tambus-tambusan,sai ingot ma ho di tano na dompak haham Silahiraja.

Hope amang Silahiraja:

Pasu-pasu on hu do ho asa gabe ma ho jala mamora,sai dilehon mulajadi nabolon ma tu ho biti-biti boto-boto,sai unang ho olo lolos dihata,lupa di tona.Sogot-sogot ni andigan,sai jaloonmu dope pasu-pasu sian ate-ate ku,sai ingot ma ho di tona na dompak anggim si Raja Tambun.






Kemudian,  SiRaja Tambun berangkatlah  Sibisa, diantar oleh Raja Silahisabungan sampai Sibisa . kemudian  bertemu dengan ibunya Milingiling Boru Raja mangarerak dan tulangnya Raja toga Manurung.

Selanjutnya  SiRaja Tambun menikah dengan boru tulangnya Pinta Haomasan Boru Manurung, dan memiliki 3 orang anak , yaitu :

1. Tambun Saribu
2. Tambun Mulia
3. Tambun Marbun

Tulisan dibawah adalah  kutipan dari pernyataan  seorang uda Tambunan :

" SIRAJA TAMBUN mangalap br MANURUNG anakna: 1 TAMBUN SARIBU. 2 TAMBUN MULIA, 3 TAMBUN MARBUN.

anak ni TAMBUN SARIBU: 1 dolok saribu,2 sinurat,3 nadapdap. anak ni TAMBUN MULIA:1 tambun uluan,2 tambun holing,3 tambun haro( marhuda di daerah karo).

anak ni tambun HOLING:1 Tuan pagaraji,2 datu tambun toba,3 tambunan ujung sunge.

anak ni DATU TAMBUN TOBA:1 tambunan baruara,2 tambunan lbn pea,3 tambunan lbn gaol.

ON MA POMPARAN NI SIRAJA TAMBUN.NABIASA MAMBAEN MARGA TAMBUNAN IMA POMPARAN NI TAMBUN HOLING."



asal mula Marga Tambun  menjadi marga marga Tambunan  adalah sebagai berikut :

" Tambunan i gelar ni Op Tambun Holing doi,,,naujui Ala termasuk terkenal Paredang do Op Tambun Holing di Balige Jala molo disukkun jolma na asing Oppui "Ise do Baoai" ??,,roma Jolma Par Balige Mandok "Si Tambun" an" doi,,laos gabe targoar ma Oppu i" Si Tambunan" di Balige sahat Tu Sadarion"

 
Pada perjalanannya, Keturunan SiRaja Tambun, selain memakai marga Tambun juga memakai marga Tambunan, selain marga turunannya yaitu : Dolok Saribu, Sinurat, Nadapdap. juga marga Daulay.

Untuk selengkapnya Tarombo SiRaja Tambun dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


Tarombo diatas adalah tarombo Punguan Lumbanpea yang direlease tahun 1978.






Tarombo diatas diupload dari Punguan Tambunan Lumbanpea se Jabodetabek yg direlease tahun 2008.



SiRaja Tambun  selanjutnya menjadi Raja Boru di Sibisa dengan gelar Raja Tano. SiRaja Tambun dimakamkan di Sibisa bersama dengan makam ibu kandungnya Si Milingiling Boru Raja Mangarerak.







gambar diatas dan dibawah adalah Makam SiRaja Tambun, dimana Similingiling Boru Raja mangarerak juga dimakamkan.







gambar dibawah adalah makam Raja Toga Manurung, Tulang/ Mertua dari SiRaja Tambun, Raja toga manurung juga adalah ito kandung dari SiMilingiling Boru Raja Mangarerak.






Gambar dibawah adalah Tugu SiRaja Tambun di Balige.














--

GOD BLESS POMPARAN SIRAJA TAMBUN.